Apa yang ada di pikiran anda
ketika mendengar kata kincir angin? Negara Belanda? Percayalah, alat ini kini
ada di Indonesia, tepatnya di pantai Pandansimo, Desa Poncosari, Bantul,
Yogyakarta.
Wilayah
pantai selatan Yogyakarta merupakan pantai yang memiliki intensitas sinar
matahari yang cukup serta kecepatan angin yang cukup kuat. Kondisi demikian
sangat berpotensi sekali untuk dikembangkan energi baru yang memanfaatkan
tenaga surya dan angin menjadi energi baru yang dikenal dengan energi hybrid.
Pemerintah Bantul bekerjasama dengan Kementrian Riset dan Teknologi, Kementrian Kelautan dan Perikanan, E-wind
Energy, LAPAN, dan UGM membangun pilot project energi hybrid di pantai
Pandansimo, desa Poncosari, Bantul. Dalam kunjungannya (Minggu, 11 Desember
2011), mahasiswa/i TL UII yang disambut oleh Bapak Kris diajak berkeliling di area
pemanfaatan yang dibangun
di lahan seluas 17 ha ini, terdiri dari 37 buah kincir angin dengan rincian 28
unit untuk menghasilkan listrik sebesar 1 kW, 6 unit untuk menghasilkan 2,5 kW,
2 unit untuk menghasilkan 10 kW, dan 1 unit untuk menghasilkan 50 kW. Sedangkan
untuk pemanfaatan sel surya digunakan panel surya dan mampu menghasilkan aliran
listrik 17,5 kWP (1 keping panel menghasilkan 100 watt). Hasil output energi
ini dimanfaatkan untuk melayani beberapa sistem seperti penerangan jalan, pompa
untuk menaikkan air tanah, listrik untuk pembuatan es balok, serta untuk
pengairan sawah.
Awalnya daerah ini merupakan lahan berpasing yang
gersang sehingga pemerintah setempat melakukan penghijauan dengan penanaman
tumbuhan akasia. Kemudian adanya pilot
project ini semakin mengembangkan wilayah ini dengan meningkatnya
pariwisata yang berimbas pada peningkatan pendapatan masyarakat setempat dari
usaha warung makan dan sejenisnya, meningkatnya hasil pertanian lahan pasir,
serta terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat sekitar seperti untuk tenaga
teknis alat.
Sistem
kerja peralatan ini antara lain, angin yang bertiup akan menggerakkan kincir
angin dan sinar matahari yang diterima oleh panel akan menyimpan energi di
dalam dinamo yang selanjutnya akan membawa aliran listrik ke dalam aki dengan
kapasitas 12 volt. Sebelum listrik dimanfaatkan, energi yang tersimpan di aki
berupa arus DC ini akan distabilkan atau diubah ke arus AC dengan inverter
kapasitas 15.000 watt yang selanjutnya akan dimanfaatkan sebagaimana yang
disebutkan di atas.
kincir Angin di Bantul
Sebagai contoh, listrik yang dihasilkan akan
menggerakkan pompa yang digunakan untuk mengangkat air tanah yang selanjutnya
akan dibawa ke dalam sumur yang dikenal dengan sumur enteng. Di dalam sumur ini
terdapat tiga pipa yang masing-masing membawa air ke tempat berbeda seperti ke
dalam kolam ikan air tawar dan ke pertanian di sebelah timur lahan pemanfaatan
energi. Hal yang unik di dalam kolam ini adalah dikembangkannya sistem
akuaponik yaitu paduan antara aquakultur dan hidroponik. Kolam ini mirip dengan
pertanian tumpang sari namun media tumbuh tanaman menggunakan batu kerikil,
bukan tanah. Prinsipnya sistem ini adalah resirkulasi air dari ikan ke tanaman
dan sebaliknya, dari tanaman ke ikan. Sistem ini merupakan salah satu cara
untuk budidaya ikan dan bertani pada wilayah yang memiliki lahan sempit. Di
dalam kolam dikembangkan ikan nila sedangkan di sisi-sisi kolam ditanam dengan
tanaman seperti kangkung, cabai, tomat, dan terong. Inilah yang merupakan
proyek pengembangan kolam ikan air tawar dari Kementrian Perikanan dan
Kelautan. Kegiatan pembangunan dari energi hybrid ini akan terus dikembangkan
dan direncanakan hingga melayani rumah penduduk untuk mengganti aliran listrik
dari PLN atau menjangkau wilayah yang belum dialiri listrik.
Ruang Aki untuk Konversi Energi
Pada dasarnya untuk teknologi ini dapat
diterapkan asalkan intensitas matahari dan kecepatan angin yang bertiup
mencukupi. Sayangnya untuk membangun instalasinya memerlukan biaya yang
cukup besar namun dalam operasional akan lebih hemat
daripada menggunakan PLN. Menurut Bapak Kris sendiri, pemerintah Indonesia
telah berencana untuk mengembangkan energi hybrid ini di Indonesia terutama
Indonesia bagian timur mengingat potensi angin dan sinar matahari sangat
mencukupi di wilayah tersebut seperti di NTT dan NTB, tuturnya.