Sabtu, 04 Mei 2013

Kunjungan Lapangan Mahasiswa Persampahan UII

Posted by Unknown | 17.36 Categories:
Permasalahan sampah seolah tidak ada habisnya dibicarakan. Berbagai macam bentuk daur ulang pun dilakukan demi mengurangi volume sampah yang kian meningkat setiap harinya. Saat ini, cara pandang kita terhadap sampah bukan lagi sebagai suatu barang yang secepatnya harus kita buang dari hadapan kita, namun sampah sudah dipandang menjadi suatu barang yang bernilai ekonomis sehingga akan memberikan nilai tambah sendiri bagi pemanfaatnya. Cara berfikir yang demikian inilah yang coba dikembangkan pada mahasiswa teknik lingkungan Universitas Islam Indonesia agar ke depannya mereka memiliki gambaran terhadap upaya yang bisa dilakukan terhadap sampah yang selama ini dihasilkan.Untuk memberikan gambaran yang demikian, mahasiswa melakukan kunjungan lapangan ke Kebun Pendidikan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Universitas Gajah Mada (KP4 UGM) di Kalitirto, Berbah, Sleman, pada hari Sabtu, 9 Juni 2012 yang lalu. Kunjungan ini terkait dengan mata kuliah pengelolaan persampahan yang sedang dijalani saat ini. Adapun kunjungan dilakukan ke tempat pengelolaan sampah organik menjadi pupuk organik. Tempat yang berdiri pada tahun 2010 ini mengolah sampah yang berasal dari kampus Universitas Gajah Mada dan masyarakat Berbah dengan tujuan awal yaitu pupuk yang dihasilkan mampu mengembalikan kesuburan tanah di Yogyakarta pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Selain itu tentu saja dengan tujuan untuk mengurangi volume sampah yang kian meningkat, tutur salah seorang koordinator lapangan.Dari program recycle yang telah dilakukan saat ini, KP4 UGM telah mampu menghasilkan pupuk organik sebanyak 3 ton per bulannya. Pupuk organik ini akan digunakan sendiri untuk mengembangkan wilayah perkebunan yang berada di dekat tempat pengolahan pupuk organik tersebut serta didistribusikan ke wilayah Kota dan Sleman, Yogyakarta. Selain itu, untuk memperluas wilayah pemasaran, KP4 UGM juga melakukan kerjasama dengan Dinas Kehutanan, Dinas BLH, Dinas Pertanian, dan Dinas Pertamanan Kota Yogyakarta. Kegiatan pengolahan pupuk ini tidak hanya mengurangi dampak pencemaran lingkungan, namun juga akan mengembangkan sistem pertanian, perkebunan, peternakan hingga kemungkinan pengembangan wisata kota Yogyakarta.   Tempat ini cukup menarik untuk dikunjungi sebab melalui kunjungan lapangan ini kita dapat melihat dan belajar langsung proses pengomposan yang selama ini dilakukan mulai dari tahap awal dimana sampah masih tercampur, kemudian sampah organik dipisahkan dari sampah anorganik. Setelah terpisah, sampah dicacah dengan mesin pencacah dan selanjutnya akan melalui tahap fermentasi. Tahapan fermentasi ini akan dibantu oleh aktivator yang juga berasal dari bahan-bahan alami (ex EM4). Tahapan ini akan memerlukan waktu selama 2 minggu dan setelah melalui proses pengeringan, pupuk organik tersebut siap untuk digunakan dan didistribusikan.Selain itu, kunjungan ini diharapkan akan memberikan inspirasi bagi mahasiswa teknik lingkungan Universitas Islam Indonesia dalam melakukan pengelolaan sampah sehingga ke depannya akan berfikir untuk menjadi enterpreneur di bidang sampah atau pengembang teknologi yang ramah lingkungan lainnya. Menyimak tema hari lingkungan hidup sedunia beberapa waktu lalu, green economy : Does it include you? yang secara implisit memberikan gambaran bahwa kita sebagai generasi muda harus mampu berfikir untuk menerapkan hidup yang ramah lingkungan sekalipun dalam hal ekonomi yang selama ini menjadi salah satu akar penyebab kerusakan lingkungan.
 Proses Pemilahan Sampah 

Proses  Pengomposan Sampah 

 EM4 


Pengeringan Kompos


Kompos yang sudah jadi 



Pemanfaatan sampah plastik menjadi barang yang lebih berguna

Setelah melihat proses daur ulang sampah, kunjungan selanjutnya dilakukan ke Tempat Pemprosesan Akhir (TPA)  Banyuroto, Kulon Progo. Kunjungan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengenalkan kepada mahasiswa bagaimana desain mengenai Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) yang berada di wilayah Kulon Progo, Yogyakarta. TPA yang berdiri pada tahun 2009 ini memiliki luas lahan ± 2 hektar dan melayani sampah yang berasal dari masyarakat Kulon Progo. Setiap harinya sampah yang masuk ke TPA ini sebanyak 10 m3. TPA ini didesain dengan menggunakan lapisan geomembran pada lahan urugnya dengan ketebalan geomembran 1,5 mm yang bertujuan untuk menghindari aliran lindi ke dalam tanah yang akan menyebabkan pencemaran air tanah. Di samping itu, ada pula fasilitas bak pengolah lindi yang terdiri dari bak netralisasi, bak Anaerob dan bak kontrol sebelum akhirnya dibuang ke badan air.Dalam pendesainan awal TPA ini menggunakan sistem sanitary landfill yaitu sistem dimana sampah datang akan langsung ditutup dengan tanah penutup dan dilakukan setiap hari. Namun sayangnya, dalam operasional TPA, sistem pembuangan sampah dilakukan secara open dumping atau terbuka dan tidak ditutup dengan tanah penutup sehingga kondisi TPA sangat jauh dari kesan baik. Kondisi serupa juga dilihat dari sistem pengolahan lindi yang dibiarkan berjalan begitu saja sehingga tidak sesuai konsep awal seperti penambahan koagulan ataupun aerator. Bak-bak pengolah lindi terkesan tidak berjalan sesuai fungsinya dan ditambah lagi tidak adanya pengujian terhadap kualitas lindi yang dihasilkan baik dari sebelum masuk ke sistem maupun yang telah melewati sistem pengolahan sehingga tidak dapat diketahui efektifitas dari setiap bak tersebut. Selain itu, lapisan geomembran pun sudah banyak yang mengalami kerobekan di beberapa titik sehingga keberadaan geomembran tersebut sudah tidak berfungsi lagi. Kerobekan bisa terjadi akibat sampah yang dibuang tidak sesuai alur konsep awal ataupun akibat banyaknya pemulung yang masuk ke wilayah TPA dan mengambil sampah menggunakan benda-benda tajam.Dalam pengoperasionalan TPA memang tidak semudah konsep yang tertulis di kertas. Kegiatan pengawasan dari pihak terkait harus sedemikian rutin dilakukan sehingga keadaan di lapangan diharapkan berjalan dan sesuai dengan perencanaan. Tempat dan sumber daya manusia pun harus dipersiapkan sebaik-baiknya serta pemeliharaan rutin pun tidak salah untuk selalu dilakukan. Jika demikian, maka apa yang direncanakan dan dibangun, tidak memiliki makna sia-sia namun akan melahirkan konsep perencanaan dan keadaan TPA yang luar biasa dan mampu memberikan contoh bagi TPA lain yang belum menerapkan konsep tersebut.Kegiatan kunjungan lapangan ini secara umum mampu memberikan ilmu tambahan bagi mahasiswa karena tidaklah cukup untuk mendapatkan materi-materi diatas hanya pada saat kuliah. Melalui kegiatan ini, mereka mampu mengetahui apa dan bagaimana proses pengomposan dilakukan, apa saja alat dan bahan yang digunakan, bagaimana konsep TPA baik dari segi teknik perencanaan hingga operasional, yang pada akhirnya akan sangat membantu dalam pengerjaan tugas yang diberikan selama satu semester ini, ungkap salah satu mahasiswa teknik lingkungan Universitas Islam Indonesia.

 TPA Banyuroto
 Lapisan Geomembran yang robek
 Tumpukan sampah



 Pembongkaran sampah, pemulung langsung "mendekat"
 maunya ditutup tiap hari, malah....??
 kolam pengolahan lindi




  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube