Permasalahan sampah seolah tidak ada habisnya dibicarakan. Berbagai
macam bentuk daur ulang pun dilakukan demi mengurangi volume sampah yang kian
meningkat setiap harinya. Saat ini, cara pandang kita terhadap sampah bukan
lagi sebagai suatu barang yang secepatnya harus kita buang dari hadapan kita,
namun sampah sudah dipandang menjadi suatu barang yang bernilai ekonomis
sehingga akan memberikan nilai tambah sendiri bagi pemanfaatnya. Cara berfikir
yang demikian inilah yang coba dikembangkan pada mahasiswa teknik lingkungan Universitas
Islam Indonesia agar ke depannya mereka memiliki gambaran terhadap upaya yang
bisa dilakukan terhadap sampah yang selama ini dihasilkan.Untuk memberikan gambaran yang demikian, mahasiswa melakukan kunjungan
lapangan ke Kebun Pendidikan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Universitas
Gajah Mada (KP4 UGM) di Kalitirto, Berbah, Sleman, pada hari Sabtu, 9 Juni 2012
yang lalu. Kunjungan ini terkait dengan mata kuliah pengelolaan persampahan
yang sedang dijalani saat ini. Adapun kunjungan dilakukan ke tempat pengelolaan
sampah organik menjadi pupuk organik. Tempat yang berdiri pada tahun 2010 ini mengolah
sampah yang berasal dari kampus Universitas Gajah Mada dan masyarakat Berbah dengan
tujuan awal yaitu pupuk yang dihasilkan mampu mengembalikan kesuburan tanah di
Yogyakarta pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Selain itu tentu saja
dengan tujuan untuk mengurangi volume sampah yang kian meningkat, tutur salah
seorang koordinator lapangan.Dari program recycle yang
telah dilakukan saat ini, KP4 UGM telah mampu menghasilkan pupuk organik
sebanyak 3 ton per bulannya. Pupuk organik ini akan digunakan sendiri untuk
mengembangkan wilayah perkebunan yang berada di dekat tempat pengolahan pupuk
organik tersebut serta didistribusikan ke wilayah Kota dan Sleman, Yogyakarta.
Selain itu, untuk memperluas wilayah pemasaran, KP4 UGM juga melakukan
kerjasama dengan Dinas Kehutanan, Dinas BLH, Dinas Pertanian, dan Dinas Pertamanan
Kota Yogyakarta. Kegiatan pengolahan pupuk ini tidak hanya mengurangi dampak pencemaran
lingkungan, namun juga akan mengembangkan sistem pertanian, perkebunan,
peternakan hingga kemungkinan pengembangan wisata kota Yogyakarta. Tempat ini cukup menarik untuk dikunjungi sebab melalui kunjungan
lapangan ini kita dapat melihat dan belajar langsung proses pengomposan yang
selama ini dilakukan mulai dari tahap awal dimana sampah masih tercampur,
kemudian sampah organik dipisahkan dari sampah anorganik. Setelah terpisah,
sampah dicacah dengan mesin pencacah dan selanjutnya akan melalui tahap
fermentasi. Tahapan fermentasi ini akan dibantu oleh aktivator yang juga
berasal dari bahan-bahan alami (ex EM4). Tahapan ini akan memerlukan waktu
selama 2 minggu dan setelah melalui proses pengeringan, pupuk organik tersebut
siap untuk digunakan dan didistribusikan.Selain itu, kunjungan ini diharapkan akan memberikan inspirasi bagi
mahasiswa teknik lingkungan Universitas Islam Indonesia dalam melakukan
pengelolaan sampah sehingga ke depannya akan berfikir untuk menjadi enterpreneur di bidang sampah atau
pengembang teknologi yang ramah lingkungan lainnya. Menyimak tema hari
lingkungan hidup sedunia beberapa waktu lalu, green economy : Does it include you? yang secara implisit
memberikan gambaran bahwa kita sebagai generasi muda harus mampu berfikir untuk
menerapkan hidup yang ramah lingkungan sekalipun dalam hal ekonomi yang selama
ini menjadi salah satu akar penyebab kerusakan lingkungan.
Proses Pemilahan Sampah
Proses Pengomposan Sampah
EM4
Pengeringan Kompos
Kompos yang sudah jadi
Pemanfaatan sampah plastik menjadi barang yang lebih berguna
Setelah melihat proses daur ulang sampah, kunjungan selanjutnya dilakukan
ke Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) Banyuroto, Kulon Progo. Kunjungan ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengenalkan kepada mahasiswa bagaimana desain mengenai
Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) yang berada di wilayah Kulon Progo, Yogyakarta.
TPA yang berdiri pada tahun 2009 ini memiliki luas lahan ± 2 hektar dan
melayani sampah yang berasal dari masyarakat Kulon Progo. Setiap harinya sampah
yang masuk ke TPA ini sebanyak 10 m3. TPA ini didesain dengan menggunakan
lapisan geomembran pada lahan urugnya dengan ketebalan geomembran 1,5 mm yang
bertujuan untuk menghindari aliran lindi ke dalam tanah yang akan menyebabkan
pencemaran air tanah. Di samping itu, ada pula fasilitas bak pengolah lindi
yang terdiri dari bak netralisasi, bak Anaerob dan bak kontrol sebelum akhirnya
dibuang ke badan air.Dalam pendesainan awal TPA ini menggunakan sistem sanitary landfill
yaitu sistem dimana sampah datang akan langsung ditutup dengan tanah penutup dan
dilakukan setiap hari. Namun sayangnya, dalam operasional TPA, sistem
pembuangan sampah dilakukan secara open dumping atau terbuka dan tidak ditutup
dengan tanah penutup sehingga kondisi TPA sangat jauh dari kesan baik. Kondisi
serupa juga dilihat dari sistem pengolahan lindi yang dibiarkan berjalan begitu
saja sehingga tidak sesuai konsep awal seperti penambahan koagulan ataupun
aerator. Bak-bak pengolah lindi terkesan tidak berjalan sesuai fungsinya dan
ditambah lagi tidak adanya pengujian terhadap kualitas lindi yang dihasilkan
baik dari sebelum masuk ke sistem maupun yang telah melewati sistem pengolahan
sehingga tidak dapat diketahui efektifitas dari setiap bak tersebut. Selain
itu, lapisan geomembran pun sudah banyak yang mengalami kerobekan di beberapa
titik sehingga keberadaan geomembran tersebut sudah tidak berfungsi lagi.
Kerobekan bisa terjadi akibat sampah yang dibuang tidak sesuai alur konsep awal
ataupun akibat banyaknya pemulung yang masuk ke wilayah TPA dan mengambil
sampah menggunakan benda-benda tajam.Dalam pengoperasionalan TPA memang tidak semudah konsep yang tertulis di
kertas. Kegiatan pengawasan dari pihak terkait harus sedemikian rutin dilakukan
sehingga keadaan di lapangan diharapkan berjalan dan sesuai dengan perencanaan.
Tempat dan sumber daya manusia pun harus dipersiapkan sebaik-baiknya serta
pemeliharaan rutin pun tidak salah untuk selalu dilakukan. Jika demikian, maka
apa yang direncanakan dan dibangun, tidak memiliki makna sia-sia namun akan
melahirkan konsep perencanaan dan keadaan TPA yang luar biasa dan mampu memberikan
contoh bagi TPA lain yang belum menerapkan konsep tersebut.Kegiatan kunjungan lapangan ini secara umum mampu memberikan ilmu
tambahan bagi mahasiswa karena tidaklah cukup untuk mendapatkan materi-materi
diatas hanya pada saat kuliah. Melalui kegiatan ini, mereka mampu mengetahui
apa dan bagaimana proses pengomposan dilakukan, apa saja alat dan bahan yang
digunakan, bagaimana konsep TPA baik dari segi teknik perencanaan hingga
operasional, yang pada akhirnya akan sangat membantu dalam pengerjaan tugas
yang diberikan selama satu semester ini, ungkap salah satu mahasiswa teknik
lingkungan Universitas Islam Indonesia.
TPA Banyuroto
Lapisan Geomembran yang robek
Tumpukan sampah
Pembongkaran sampah, pemulung langsung "mendekat"
maunya ditutup tiap hari, malah....??
kolam pengolahan lindi